INFEKSI HYMENOLEPIS NANA PADA FELIS SILVESTRIS CATUS ATAU FELIS CATUS LIAR SECARA LANGSUNG DENGAN PENGECATAN EOSIN 2%
INFECTION HYMENOLEPIS NANA IN
FELIS SILVESTRIS CATUS OR FELIS CATUS DIRECTLY WITH EOSIN
2% STAINING
Mar’atus Sholihah, Amd. AK
Laboratorium
Klinik Pratama Harapan Ibu Jl. Raya Kabuh-Tapen
No. 04, Jombang, Jawa Timur, telp. 087752558185
ABSTRAK
Infeksi
gastrointestinal dapat disebabkan oleh golongan parasit seperti Hymenolepis nana dari golongan cestoda.
Tidak hanya manusia tapi hewan juga dapat terinfeksi, misalnya felis catus atau kucing. Banyak infeksi
parasit yang dapat menyerang felis catus diantaranya golongan cestoda seperti Echinococcus Multilocularis, Diphyllidium caninum dan Diphyllobothrium mansoni. Hymenolepis nana bukan termasuk yang
menginfeksi felis catus karna hospes Hymenolepis nana adalah tikus dan
manusia dan tidak menutup kemungkinan untuk menyerang kucing. Infeksi cacing
ini terjadi tanpa memerlukan hospes perantara. Hospes yang terinfeksi akan mengeluarkan proglotid
bersama tinja atau keluar secara spontan lewat anus yang menyebabkan gatal
sehingga felis catus lebih sering menggaruk bagian anusnya. Cara penularan
telur parasit dari hospes yaitu menetas dan mengkontaminasi
lingkungan termasuk felis catus liar yang berbaur dengan alam tanpa halangan.
Infeksi dari cacing ini tidak menimbulkan gejala pada hospesnya kecuali jumlah
yang terlalu banyak dan menempel di dinding usus halus akan menyebabkan iritasi
dan felis catus akan mengalami
muntah. Dengan memeriksa proglotid yang keluar bersama telur-telurnya dibawah
mikroskop akan menegakkan identifikasi parasit yang menginfeksi felis catus liar tersebut.
Kata kunci: Felis catus, Hymenolepis
nana.
ABSTRACT
Gastrointestinal infections can be caused by parasites
such as Hymenolepis nana
from the class of Cestoda. Not
only humans but animals can also be infected, for example felis catus or cat.
Many parasitic infections that can attack felis catus such as class Cestoda
Echinococcus Multilocularis, Diphyllidium caninum and Diphyllobothrium mansoni.
Hymenolepis nana is not included infecting the host felis catus because host of Hymenolepis nana is mice and humans and it is possible
to attack a cat. This worm infections occur without requiring an intermediate
host. Infected host would issue a joint proglotid with faeces or pull out spontaneously
through the rectum
which causes itching so felis catus more often scratching the rectum. Modes of
transmission of the parasite from the host is egg
hatched and contaminate the environment, including wild felis catus mingle with
nature without a hitch. Infections of this worm causes no symptoms in the host unless
the amount is too much and on the walls of the small intestine will cause
irritation and felis catus experience vomiting. with
examining the proglotid put
out together with
the eggs under a microscope will enforce the identification of parasites that
infect wild felis catus.
Keywords: Felis catus, Hymenolepis
nana.
Pendahuluan
Terdapat felis
catus liar berjenis kelamin jantan (A) dan betina (B) yang berada di
lingkungan klinik harapan ibu. Pada jum’at pagi tanggal 26 Agustus 2016 pukul
09:54 felis catus liar A (berwarna
orange) masuk mengunjungi ruang laboratorium. felis catus liar tersebut hanya berkeliling mengelilingi lab sambil
meraung. Tidak menunjukkan hal-hal yang aneh dan mencurigakan kemudian secara
tidak sengaja ketika ekornya disibakkan ke atas spontan dari anusnya keluar
proglotid cacing. Sedangkan pada felis
catus liar B (berwarna hitam) masuk ke ruang laboratorium juga tanpa
menunjukkan gejala apapun akan tetapi secara tidak sengaja dari anus felis catus B spontan mengeluarkan
proglotid cacing juga yang terjatuh ke lantai. Proglotid-proglotid yang keluar
tersebut diteliti secara langsung di bawah mikroskop oleh staf laboratorium.
METODE
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Klinik
Pratama Harapan Ibu pada bulan September 2016. Sampel yang diteliti adalah
jenis felis catus liar yang
mengeluarkan proglotid dari anusnya. Kemudian proglotid diperiksa dengan
menggunakan larutan eosin 2% dengan tujuan untuk memberikan warna pada telur
parasit. Alat yang digunakan mikropipet 50µ, lidi, obyek glass, cover glass,
pinset dan mikroskop. Prosedur kerjanya adalah proglotid yang keluar
dipindahkan dengan pinset ke atas obyek glass kemudian ditetesi dengan eosin 2%
secukupnya lalu ditutup dengan cover glass untuk selanjutnya diperiksa di bawah
mikroskop dengan pembesaran 40x.
Hasil Pemeriksaan
a. Makroskopis
proglotid hymenolepis nana
proglotid Hymenolepis nana di atas Obyek glass setelah diwarnai Eosin
proglotid hymenolepis nana di bawah mikroskop
dengan lensa obytektif perbesaran 40x
telur hymenolepis nana di bawah mikroskop
dengan lensa obytektif perbesaran 40x
telur hymenolepis nana di bawah mikroskop
dengan lensa obytektif perbesaran 40x
Pembahasan
Infeksi
golongan cestoda dari Hymenolepis menyebabkan
himenolepiasis. Spesies parasit ini ditemukan pertama kali di usus halus
seorang anak kecil asli kairo oleh Bilharz pada tahun 1851. Hospesnya manusia
dan tikus. Siklus hidup Hymenolepis penyebarannya melalui telur yang masuk ke
mulut tidak menutup kemungkinan juga dapat menyerang felis catus yang umumnya sangat akrab dengan tikus. Di Indonesia
spesies ini ditemukan di daerah dengan iklim panas. (Sutanto dkk, 2013. Hal. 91)
Panjangnya
25-40 mm dan lebarnya 1 mm. ukuran strobila biasanya berbanding terbalik dengan
jumlah cacing yang ada dalam hospes. Skoleks berbentuk bulat kecil, memiliki 4
buah batil isap, rostellum yang pendek dan berkait-kait. Telur keluar dari
proglotid distal yang hancur. Telur berbentuk lonjong, berukuran 30-47µ, mempunyai
lapisan yang jernih dan lapisan dalam yang mengelilingi onkosfer. Dalam
onkosfer terlihat jelas memiliki 3 pasang kait yang berbentuk lanset. (Sutanto
dkk, 2013.
Hal.91)
Cacing dewasa hymenolepis
nana berukuran 2,5cm, skoleks kecil, strobilanya terdiri dari ±2000
proglotid dan ke posterior semakin lebar. Skoleksnya memiliki 4 batil isap dan
rostelum kecil yang berkait-kait. Proglotid gravid membentuk trapezium dan
mengandung 80-180 butir telur. Telur Hymenolepis nana berukuran ±47x37µ,
berbentuk bulat atau bujur, memiliki dinding vagian luar dan dinding bagian dalam
yang terdiri atas dua kutub yang masing-masing terdiri dari 4-8 filamen halus,
berembrio heksakan. (Prianto dkk, 2015, hal. 78)
Habitat Hymenolepis
nana pada 2/3 atas ileum dengan scolex terbenam didalam mukosa usus. Bagian leher Hymenolepis nana panjang dan kurus. Proglottid matang lebarnya
±4x panjang porus genitalis unilateral. Berbentuk oval atau
bulat dengan ukuran 47 x 37 mm, memiliki 2 membran yang melindungi
embrio heksakan didalamnya. (Pedoman
Praktikum Parasitologi, 2014, hal. 25)
Menurut
Aronital (2014, hal. 03) ukuran cacing Hymenolepis nana
memiliki panjang 15-40 mm dengan ketebalan sebesar 1mm, ukuran telurnya
30-47µm. setiap proglotid dewasa Hymenolepis
nana tersusun atas dua alat kelamin yaitu jantan dan betina yang lengkap,
sehingga cacing kelas cestoda ini tergolong sebagai cacing yang hermafrodit.
Cacing
ini tidak perlu hospes perantara untuk menginfeksi inangnya. Yang perlu
deperhatikan dari infeksi Hymenolepis
nana pada felis catus A dan B
adalah kontak langsung dengan tikus melalui tangan ke mulut setelah memangsa
tikus yang terinfeksi atau terkena kotoran yang dikeluarkan oleh hospes tikus
sehingga ketika felis catus A dan B
membersihkan bagian-bagian tubuh
terutama bagian kaki dengan mulutnya dan atau langsung dari mulut ke
anusnya sehingga pada saat itulah terjadi auto infeksi. Telur yang keluar dari
hospes apabila secara tidak sengaja tertelan kembali, maka telur akan menetas
di usus halus menjadi larva yang akan masuk ke selaput lendir usus halus
menjadi larva sistiserkoid, kemudian larva keluar ke rongga usus dan menjadi
dewasa kurang lebih dalam waktu 2 minggu.
Parasit
golongan cestoda memiliki bentuk tubuh panjang dan pipih menyerupai pita. Oleh
karena itu cacing golongan ini disebut juga cacing pita. Morfologi cacing pita
terdiri dari skolek, leher dan strobila. Strobila dari tubuh cacing pita adalah
bagian badan yang terdiri dari segmen-segmen yang disebut proglotid.
(Parasitologi kedokteran, 2013, hal. 224)
Proglotid
tersebut ketika sudah masak akan melepaskan diri dari strobila satu persatu
atau secara berkelompok. Proglotid tersebut akan bergerak sampai beberapa inci
setiap jamnya sampai mendekati anus atau dikeluarkan bersama tinja dari felis
catus. Proglotid juga biasanya melekat pada bulu disekitar anal bahkan terjatuh
di tempat kucing itu duduk atau tidur. (Yuniarti dan Lukiswanto, 2013) dan
setiap proglotid yang keluar akan membawa 80-180 butir telur bersamanya.
Pada
felis catus A dan B yang tidak sama
sekali menunjukkan gejala tetapi sampai terbitnya jurnal ini keduanya tetap
masih mengeluarkan proglotid-proglotid tersebut. Karna proglotid yang keluar
melalui anusnya akan menyebabkan gatal dan tentunya felis catus akan menggaruk
bagian tempat keluar atau jatuhnya proglotid bersama telur-telurnya tadi
sehingga telur tertelan kembali oleh hospes dan siklus hidupnya akan berulang
kembali.
Di
Indonesia kasus hymenolepiasis masih mendapatkan perhatian yang sedikit karena
jumlah kasus yang jarang ditemukan.
Tapi dengan adanya catatan ini hendaknya mulai di waspadai untuk penularan
selanjutnya. Terutama
anak–anak dibawah 15 tahun
yang rentan kontak dengan tanah, setelah dari tempat buang air atau langsung
dari anus ke mulut, kurangnya kesadaran untuk membiasakan cuci tangan dengan
sabun dan kebersihan kuku yang kurang diperhatikan. Merupakan sarana mudah tak
terlihat dari telur mengingat siklus hidupnya yang langsung menularkan dari
tangan ke mulut.
Pengobatan untuk kasus hymenolepiasis baik pada hewan
atau pada manusia telah ditetapkan oleh Kepmenkes No.424/2006 hanya dengan
prazikuantel atau niklosamid. Prazikuantel adalah obat cacing yang berspektrum
luas terhadap trematoda dan cestoda baik untuk manusia maupun hewan. Khasiat
kesembuhannya mencapai 96%. Di Zimbabwe dengan pemberian dosis tunggal 15mg/kg
berat badan efektif mengobati 84% anak-anak yang terinfeksi. (Anorital, 2014.
Hal. 43)
Pada
kasus yang dilakukan oleh Yuniarti dan Lukiswanto (2013, hal. 54) pada felis catus Ocha yang terinfeksi cestoda
telah diberikan terapi drontal tablet yang terdiri dari 2 jenis obat yaitu
praziquantel dan pyrantel. Praziquantel bekerja dengan cara meningkatkan
aktivitas otot pada cacing dengan kadar efektif terendah untuk menghilangkan ion
Ca intrasel sehingga cacing terlepas dari dinding usus. Pada dosis yang tinggi
cacing akan bervakuolisasi dan vesikulasi sehingga cacing keluar dan dapat
menyebabkan kematian pada cacing. Pyrantel merupakan garam tak larut dan tidak
dapat diserap secara baik oleh saluran pencernaan sehingga akan menyebabkan
hambatan depolarisasi neuromuscular dan menyebabkan paralisa spastik pada
cacing.
Kesimpulan
Infeksi
Hymenolepis nana yang hospes hewannya
adalah tikus kini telah menyerang felis
catus. Diagnosa tersebut dapat ditegakkan dengan sebenar-benarnya jika
dapat mengidentifikasi secara benar dengan ditemukannya telur yang keluar
bersama proglotid dari hospes.
Oleh
karena itu, pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi keberadaan telur
dalam proglotid sangat membantu penegakan diagnosis. Bahwa dua ekor felis catus liar A dan B kemungkinan
besar menderita infeksi Hymenolepis nana.
Daftar pustaka
Anorital. 2014.
Kajian penyakit Hymenolepis nana.
Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Balitbangkes. Jakarta
Prianto, Tjahaya
dan Darwanto. 2015. Atlas Parasitologi Kedokteran. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Sutanto, Ismid,
Sjarifuddin dan Sungkar. 2013. Parasitologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
Yuniarti dan
Lukiswanto. 2013. Infeksi Dipyllidium
caninum Pada Kucing. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga.
Surabaya
DIKTAT.
2014. Pedoman Praktikum Parasitologi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Negri Jendral Soedirman. Purwokerto.